Cerpen, Toilet Keramat Di Masjid

Terik Matahari menyulut semangat kami untuk menyusuri sebuah Toko-toko Kelontong di pinggiran kota. Katakanlah desa yang tidak jauh dari Keramaian kota Kartosura Solo Jawa Tengah itu. Karena itu kami hanyalah pekerja jalanan (Sales), disetiap menit terkadang kami harus berhenti. Sesekali melihat jam, sembari menenggak air mineral yang kami pungut dari toko kala itu sedang transaksi dagangan. 


"Bentar lagi Adzan Duhur"  


Kami sudah punya langganan Masjid untuk melakukan sholat Duhur. Hanya saja, 1 bulan sekali di masjid itu belum tentu kamibberjama'ah tatkala Sholat Duhur bersama-sama. Menurut kami, Masjid itulah satu-satunya tempat yang paling bebas di kota itu. Bagaimana tidak, Air minum dispenser di sediakan, Asbak juga di sediakan, bahkan tidur seharian juga tak jadi masalah, hanya khusus di teras Masjid.


Cerpen toilet keramat di masjid, cerpen terbaru  kisah nyata hari ini, islamic

Musafir, ya... Sering kali kami jumpai pra musafir dari luar daerah maupun daerah setempat juga berpartisipasi. Lebih-lebih para Ojek Online dan sales seprofesi kami tidak pernah ketinggalan beteduh di Masjid tersebut. Walau hanya satu dua orang, para mahasiswa dan anak Sekolah juga ada. 


Baca juga : Si Kecil Pemulung Padi


Kuning crem keemasan di balik dinding-dinding, Pintu bertralis besi berlambang lengkung Masjid, Ruang berAC, Atap berawan menjadi ciri khas lain dari pada yang lain. Ya.., Masjid yang megah dan mewah tersebut menjadi tempat favorit kami para sales dan ojol. Dan tidak ketinggalan para pekerja bank plecit acapkali yang mampir, walau hanya numpang kencing teruslah minggat begitu saja. Namun, juga tidak semua pekerja bank plecit memiliki sifat semacam itu ketika di Masjid.


"Itu.. kencing apa tidur.." bisik salah seorang ojol di samping kami duduk di teras.

"Udah 10 menit saya juga antri pak.." 

"Oallah..."


Raut wajah polos sembari cengar cengir sepertinya menahan kencing bapak itu. Lalu lalang sepertinya beberapa orang itu juga ikut mengantri kamar mandi yang hanya satu-satunya khusus untuk pria. Apalah daya, mereka di kejar waktu karena pekerjaan. Satu persatu Sebagian wudhu terlebih dahulu untuk melakukan sholat Duhur.


Terdengar begitu jelas "Byur-byur" di toilet keramat itu. "Oh mandi, Berarti musafir dia mas" Jelas bapak itu lagi.

"Kemungkinan iya pak.."


Terhening sejenak kami sibuk dengan Hp yang kami miliki, untuk mengisi waktu sambil menunggu toilet. Datang dan pergi seprofesi kami tiada hentinya. Kami berbaris duduk di teras untuk yang baru datang. Mereka yang selesai Sholat sibuk dengan tali sepatunya. 


"Tok.. Tok.. Tokkk..., Gantian mas.."


Hampir 30 menit sudah, bapak itu tidak sabar menunggu, lantas mengambil air wudhu bersama dengan kami untuk melakukan sholat Duhur. Beberapa orang lain yang sudah selesai Sholat juga mengetuk pintu toilet. 


"Kalau tidur jangan di kamar mandi oe..., lama bener ne orang dari tadi gak keluar"


Beberapa menit kemudian


Kami selesai mengerjakan Sholat Duhur. Sepi, hanya beberapa orang tergeletak tidur pules. Takmir masjid juga tidak kelihatan seperti biasanya wira wiri mencuci perabot masak dapur. 


"Lama bener itu mas yang di dalam toilet" tanya bapak seorang sales keset rumah.

"Nah itu pak.., hampir 45 menit ini pak, dari tadi saya juga antri." 

"Wallah... lama benar mas" 

"Iya.., itu bpk tukang ojek marah-marah sampe pergi" 

"Byur... byurrr" dengan asyiknya yang di dalam toilet masih mandi.


Toilet itu memang keramat. Hampir berbulan belakangan ini, baru kali ini terjadi seperti ini. Entahlah apa yang terjadi, mereka yang duduk di parkiran juga menunggu toilet keramat itu. Terlihat, jengkel sepertinya, tiap detik menengok ketoilet.


"Jangan-jangan orang gila mas.? Kalau gitu ke kamar mandi sebelah saja mas.!" Jelas bapak tukang keset itu

"Wah.., ndak bisa pak, disana kan toilet wanita. Ya gak tau toilet situ yang pakai orang gila apa tidak."

"Dari pada di tahan, nunggu yang tidak jelas" ibuh bpk itu.

"Monggo" 


Dalam hati kecil kami "kamu juga ndak jelas pak.. pak.. " 


Tak kuat menahan waktu, pemuda yang di parkiran juga segera melakukan sholat duhur di tempat wudhu. Sesekali, mengetuk pintu toilet. Walau sama sekali tak di hiraukan oleh penghuni di dalamnya. Sesekali menengok di celah daun pintu bawah yang terlihat celah-celah kecil. 


Senyum simpul raut wajah bapak tukang keset usai buang air di toilet tempat wanita. "Mari mas.." pergi begitu saja, entah pikun tingkat dewa atau memang hanya numpang buang kecil saja lalu pergi begitu saja. 


Tepat pukul 13:35, dari kesekian Ojol yang lelah untuk beristirahat sejenak nampak juga mengantri ke toilet. Hampir 5 menit ia menggu, sesekali bertatap wajah dengan kami, sesekali menengok ke toilet.

"Lama bener ni orang" bisiknya perlahan sambil menatap ponsel


Tak lama kemudia ia berdiri


"Di tinggal Sholat dulu aja mas." Sapa kami.. 

"Oiya mas" 

"Saya sudah 45 menit lebih menunggu toilet itu juga mas" jelas kami lagi dengan senyum kecut. "Coba mas ketuk pintunya, siapa tau keluar. Saya udah coba gak keluar, bahkan banyak tadi yang antri sampai pada pergi." imbuh kami.. 

"Wah.. gak brani mas" sautnya

"Masak mas.." saut bapak-bapak baru datang. 

"Iya.. pak"

"Byurr.. Byurr.."


Kami bertiga, dan beberapa mereka yang terbangun dari tidur tak satupun yang berani mengetuk pintu toilet itu lagi. Bahkan, yang gagah perkasa kumis tipis baru saja datang bernyali ciut. Untuk yang terakir kalinya, kami beranikan lagi untuk menyapa dan mengetuk pintu toilet lebih keras dan tegas, seolah kami marah.


"Do.. or.. Do.. or..., oe gantian.. ini toilet umum bukan pribadi.." 


Baca juga : Kisah Petani Yang Tetsakiti


Saat itu juga.

Kulit hitam, Kaos hitam, celana hitam, mata semu merah merona saat menatap kami pertamakalinya, sontak. Sedetik itu juga kepala merunduk, entah takut atau malu dengan tingkahlakunya. Berjalan pelan keluar dari Masjid ke jalan raya penuh basah kuyub baju celananya. Berjalan huyung gemetar kedinginan. Apa yang di ucapkan bapak penjual  keset keliling tadi memang benar. Jika memang waras, tak sehelaipun baju celana yang di kenakan basah kuyub seperti itu. Musafir yang tidak jelas tujuan hidupnya.


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »