Jiwa tak sempurna menempuh jalan Tuhanya

Kesempurnaan manusia tak sebagai mana falsafah tiada Gading yang tak retak, tidak ada manusia yang sempurna kecuali yang di Ke HendakiNYA.

Jum'at berkah, membuka mata hatiku untuk selalu bersyukur atas nikmat apa yang telah Di berikan Tuhan kepada kami. Aku termasuk orang yang sangat beruntung masih di beri hikmah di balik hidupku di dunia ini, walau sebenarnya banyak kekurangan.

Alhamdhulillah saya muslim, walau saya merasa bukan ahli Al-quran, akan tetapi tanggung jawab sebagai muslim melaksanakan sholat sudah mendarah daging dan kenyataanya walau terkadang masih saja tidak tepat waktu karena kesibukan.

Bagai mana tidak, karena sadar khilaf mendapat hikmah, setidaknya mendekat masih aktif menghadiri Sholat jum'at entah di kampung, perantauan, atau juga ketika dalam perjalanan jauh menyempatkan ke masjid untuk melaksanakan Sholat jum'at bahkan sholat di antara kelima waktu.

Dia muslim, kita juga muslim
Dia tidak waras, kita waras
Dia Sholat, kenapa kita tidak

Jiwa tak sempurna menempuh jalan Tuhanya

Hari ketika itu

Sosok lelaki itu masih saja ku ingat, glagatnya sempurna karena masih mengingat bahwa hari itu hari jum'at, bagi mereka yang merasa muslim masjid-masjid sedunia penuh para jama'ah. Ada yang tulus niat atau mungkin ada pula karena terpaksa.

Baju batik, kopyah putih menghiasi mustaka di balik rambut hitam kriwulnya, Sepertinya sang ahli janah karena memang manusiawi pilihan dan harapan SurgaNYA.

Baru kali ini, Tuhan menghadirkan sosok seorang cacat mental mampu menggugah hatiku untuk selalu bersyukur atas apa yang terjadi pada diriku bahkan mereka yang waras kenapa tidak tergugah pula.

Tepat di sebelah kiri, umur yang sudah tak lagi di bilang anak-anak, melainkan sudah setengah baya. jauh luput dari prediksi semula aku kira lumpuh atau memang tidak dapat berdiri sempurna.

Allah...huakhbar....

Sholat telah dimulai, bersikap grak ia berdiri sempurna sambil melompat-lompat naik turun "sempat kaget". sikut kanan sikut kiri layaknya tempoe dulu 80-an terungat di masa Sekolah Dasar melaksanakan sholat berjama'ah bersama rekan-rekan di masjid, itu wajar saja.

Ketika sholat berlangsung, siapa orangnya yang bisa qhusuk jika di sebalah seperti itu. Awal mulai satu Rekaat, Lantunan Amin.. setelah bacaan Alfatiqah tiada hentinya ia melantunkan sekuat nafas yang tersimpan, keistimewaan yang tidak di miliki setiap orang waras.

Lain dari pada yang lain, sungguh luar biasa senewen di balik cerita Sholat Jum'at sama sekali tak ada yang qhusuk. Aku meyakini, bahwa semua satu ruangan masjid merasa terganggu karena ulahnya.

Sepertinya mereka sudah terbiasa menyikapi ulahnya, sedangkan kami hanya pendatang pertama kali itu mampir.

Ketika sujud terahir, satu kali bersin bernada panjang dan begitu keras serasa mic toa tanpa triblle menggema satu ruangan. Gaduh riuh canda tawa cekikikan dari anak - anak di sekiling seperrinya juga mensuport senewennya.

"Aha ha ha ha....mmmmnyamnyam..."

Siapa lagi kalau bukan dia pewaris canda tawa kepada generasi anak-anak di sampingnya, tertawanya sangat konyol dan tidak dapat di banggakan bagi kaum muslim.

Hari itu, kami merasa orang yang tidak beruntung endapatkan tempat barisan shof, namun hikmah di balik orang keterbatasan fisik melaksanakan sholat mengundang opini.

Itulah pengalaman yang kami dapat dari seorang muslim dengan keterbatasan jiwa tak sempurna menghadap TuhanNYA. inilah dunia, mereka yang sempurna bahkan sama sekali tidak ingat agama dan keyakinannya akankah untuk mengungkap malu di depan cermin.

Yang tidak sempurna saja masih ingat sholat, kenapa yang sempurna tidak ingat sama sekali, di situlah kelebihan hidup beragama dan arti saling menghargai sesama manusia baik yang muslim maupun non muslim.

Baca juga: Alasan terburuk seseorang ingin maju ke level sukses ekonomi bagi yang sudah berkeluwarga

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »