Taat tak selamaya tertip

Tak selamya orang taat berkarakter tertip, bahkan Beragama dan berahklak baik pula. Jika "Bersih sebagian dari Iman", "Taat sebagian dari Tertip".

Semakin hari semakin memperihatinkan kondisi Masjid tempat Sembahyang itu. Tak sedikit warga sekitar menunaiakan Ibadah Sholat, baik lima waktu entah itu Sholat Jum'at berjama'ah.

Masjid itu tergolong Ramai penghuni menskipun sempit di tengah kampung dan ukuran Masjid tak sebesar Masjid Desa di pinggir jalan itu. "Masjid besar dan megah hanya satu Sof barisan Jama'ah Sholat Jum'at".

Baca Juga : Gunung Pencit menyimpan sejarah

Dulu, Masjid desa semasa tahun 1990 an penuh dengan jama'ah. Mudah untuk kita kenali ketika hari Jum'at padat merayap hingga berhimpit di teras penjuru selatan utara dan timur.

Kini mengenaskan dan hampir punah penghuninya, lebih-lebih menunaikan ibahdah Sholat Lima Waktu, Hari Jum'at saja banyak kaum masih enggan untuk menunaiakan Sholat. "mungkin hanya Masjid di sini saja, Masjid yang lain mungkin tidak".

Sama halnya Masjid kecil di tengah kampung itu, hanya saja sempit dan kaumnya Taat namun sebagian tidak tertib. Jikala perbedaan pendapat antara Marbot Dan warga, sering kali di rapatkan untuk menggantinya marbot yang baru.

"islam adalah cinta damai, dan sebangsa manusia adalah sahabat, apapun itu Agamanya"

Sakralnya, Masjid itu tak mau di bangun agar terlihat megah dan lebar. Nanun tokoh masyarakat menolak dengan halus lantaran Jama'ah sebagai sumber dasar memperlebar Masjid. Sesekali bantuan Desa datang untuk Masjid Assalam Para pengurus menerima dan mengalihkan ke bantuan fakirmiskin terdekat lingkungan Masjid.

https://www.mysomer.com/2019/08/taat-tak-selamya-tertip.html

Satu tahun belakangan ini, nasib masjid itu semakin mengenaskan nasip penghuninya, yang tergolong tua saja tidak memberi contoh kepada anak-anak kecil seusia SD maupun SMP merapikan barisan Sof sebagai makmum. Justru yang tua lebih mengacak tanpa ada indikasi tertib dalam berbaris sebagai makmum. Mengacak amburadul seperti bermain catur tak beraturan, sungguh memperihatinkan.

Mengingat pelajaran Agama Waktu SD,

"Siapa yang datang lebih awal ke Masjid, Makmum wajib merapikan barisan sof depan hingga mundur ke belakakang jika depan sudah penuh. Penuhi dulu barisan depan baru membuat barisan belakang yang baru". Kata Guru Agama.

Bahkan, Salah seorang lelaki tua setengah baya berperilaku layaknya menyambut tamu pada acara Resepsi di pintu masuk. Setiap hari Jum'at ia selalu di balik ambang pintu Masjid, setiap kali makmum datang memberinya uluran tangan untuk berjabat.

Tidak hanya itu saja, seusia di bawahnya terkadang berjabat mencium tangannya. Banyak orang bilang, orang tersebut sangat Cerewet mengenai Keagamaan "sok Ahli Beragama". Namun, perilakunya ketika di Masjid sama sekali tidak membuat suasana tertib dan damai.

"Jika ucapanya tidak membuatnya contoh, setidaknya perilkunya membuat contoh"

Ketika Sholat Jum'at berlangsung, terkadang anak-anak mengucap Amin begitu menggema di rasa, ia selalu mengkritiknya, terkadang Mulutnya bersiut layaknya peluit "ssssssttttttt......".

Bukankah anak sekecil itu menjelma sebagai Malaikat dan menguji ke Qusukan kita pada saat Sholat berlangsung, jika di fikir itu memang benar memberi toleransi namun tidak tepat pada situansinya.

Baca Juga : Retak bukan berarti pecah

Begitulah cerita Masjid Assalam yang penuh memberikan pengalaman dan ilmu terutama tentang berahklak Agama, bahwasanya Taat tak selamanya tertib. Kita ambil hikmahnya di balik cerita penghuni Masjid Assalam yang penuh Religius.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »