Retak bukan berarti pecah

Kisah kehidupan di pulau jawa menyimpan beragam Misteri dan Mitos adat dan Filsawah jawa kuno. Pepatah-pepatah jawa kuno yang masih hidup hingga saat ini banyak fakta yang terjadi secara natural.

Bahasa jawa yang di kenal dengan "Aksara jowo" pelan perlahan punah dengan tersendirinya termakan Zaman moderen. Pasalnya, sulit anak didik saat ini mengenali bahas jawa tersebut.

Konon, pepatah jawa yang di kenal sakral penuh misteri memperluas hingga ke manca negara belanda "Suriname". Cerita punya cerita nenek moyang Jawa yang masih hidup hingga tahun ini kisaran berumur 60 tahun keatas, menceritakan bahwa orang jawa banyak yang Transmigrasi ke negeri kincir angin "Suriname/Belanda.

Baca Juga: Memahami pikiran orang sakit berbaring di tempat tidur berkepanjangan

Jawa retak, namun tidak pecah.

Beberapa orang jawa yang tinggal dan menetap di luar negeri masih berkomunikasi dengan orang jawa asli "sanak saudara". Retak karena mereka pergi meninggalkan saudara entah keluarga di jawa, dan orang jawa berkembang di negeri mereka tinggal.

Kisah Retak bukan berarti pecah adalah Falsafah jawa yang Sebenarnya memiliki arti dalam bahas jawa yakni: "Tego lorone, ora tego patine"

Bahasa jawa "Tego Lorone, Ora Tego Patine" memiliki unsur yang sangat kuat dalam dunia persudaraan, Baik dalam hubungan Keluarga maupun Pertemanan.


Fakta Berkata dan Terjadi di kehidupan orang jawa "Tego Lorone, Ora Tego Patine"


Hampir 14 tahun, seorang kakak beradik hingga di naubatkan sebagai orang tua "Sesepuh" dan sudah memiliki cucu dengan jumlah lebih dari lima. Rambut sudah tak lagi di bilang hitam pekat melainkan putih sama rata.

Perselisihan yang terjadi hingga turun temurun meliputi anak juga mengikuti jejak orang tuanya. Memendam kebencian hingga di prediksi sudah tak lagi menyambung banang persaudaraan.

Suatu ketika, saudara lelaki yang paling tertua meninggal dunia. Seperti gelas yang retak dan belum di katakan pecah, keluarga sang adik berbondong-bondong datang kerumah sang kakak.

Tergugah hatinya oleh kedatangan mereka yang penuh meneteskan air mata kesedihan. Memukau hati keluarga sang kakak, Tersipu haru meliat ke akuran yang dulunya cek cok menembus luka dalam hati mereka mempu menutup luka-luka.

Kini, mereka nampak rukun dan membaur seperti sedia kala semasa kecil. Rukun dan sentosa, saling sapa dan menyapa apa bila jumpa di jalan "karena mereka tetangga pula sebenarnya".

Retak bukan berarti pecah, Kebaikan menjlin Silaturahim kembali merajut senantiasa kerukunan yang di harapkan cucu dan tetangga.

Baca Juga: Manusia berkepala Rubah

Hampir mitos itu terbukti bahwa melihat dan mendengar dalam keadaan sakit orang yang di bencinya sanggup tidak menampakan wajahnya dengan orang yang di bencinya "Seakan Benci seumur Hidup. dan ketika yang di bencinya meninggal, ia datang dengan membawa duka dalam kesedihan seperti cerita di atas, dan itu tidak yang pertama kalinya sahabat Biogrhapy mndapatkan sumber.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »