Misteri bukit sudo

Konon, Bukit Sudo termasuk pecahnya Gunung Taruwongso yang berada di Sebalah Selatan Bukit Sudo. Jarak tempuh yang hanya kurang lebih 2 kilometer banyak menyimpan Mitos Sejarah antara Bukit Taruwongso dan Bukuit Sudo.

Cerita itu dari nenek moyang sekitar, bahwa Bukit Sudo Percikan dari Bukit Taruwongso lantaran tendangan kaki Werkudoro dalam kisah pewayangan.

Malam itu, seorang lelaki setengah baya terkenal pemberani duduk sendiri antara bebatuan di bukit sudo. Pemberani, bermental baja, lebih-lebih di malam hari di mana tempat tak kenal penakut.

Bukit Sudo berada di tengah gerumunnya ladang sawah. Air mengalir dari irigrasi setiap sisi sudut Bukit Sudo menjadi alasan ia untuk menunggu hingga larut malam demi benih-benih padi tumbuh subur, bahkan dini hari masih di bukit sudo, pejuang petani penghasil pangan.

Kering meronta tak setetes air di musim kemarau, hanya tetes embun menjadi harapan tak terpikirkan. Ia hidup sendiri, tinggal di rumah tak beristri anak, orang jawa memperbincangkan statusnya saat ini menduda.

Letih dan lesu di rasa ia seluruh tubuhnya akibat banting tulang sebagai pegawai Bang (kuli bangunan). Pukul sebelas malam ia berangkat kesawah agar air irigrasi penyambung nyawa benih padi terselamatkan.


Maklum, jika siang di hari kalah dengan petani tetangga yang terkenl muraka. Sejengkal lorong angin malam menjadi waktu berharga.

Cantik, manis bagai permaisuri kraton. Entah itu selir meninggal dengan nista, entah hanya iblis sekedar menguji keyakinanya. Segelintir kain putih berbaring di sampingya tidur, tak lain adalah mahkluk gentayangan "pocong".

Sedikitpun ia tak goyah, takut, atau bahkan lari, sama sekali bukan tipe lelaki kebal Setan itu. Tak segan ia angkat dan di pikul pada pundak kekarnya.

"kalau mau ikut saya, diam saja. Ikut aku pulang sekarang". Tegas lelaki mirip Horivil pemain tinju itu.

Benar-benar manusia tidak lumrah menurut tetangga, karena kejadian ini bukan yang pertama kalinya berjumpa mahkluk halus.

"mau ya ikut kerumah, ya bantu-bantu dirumah saya".

Galap gulita di gurun sawah tak terhuni rumah, ia berjalan sembari memikul wanita beretubuh Pocong dari Bukit Sudo.

Di tengah perjalanan hampir memasuki desa ia tinggal, Lenyap wanita cantik itu di antara pohon Trembesi di pinggir jalan. Yang tersisa hanyalah kain kafan tersampir di bahunya.

"Lho.. Lho.. Lhoo...".

Dari awal, memang niatnya tak sewajar layaknya manusia normal. Pocong wanita cantik itu ingin jadikan istri bahkan teman tidur di rumah.

Tidak habis berfikir, kain itu di kembalikan ke Bukit Sudo kembali dimana tempat ia sewaktu beristirahat menjumpai pocong.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »