gelap bulan gelap lintang

cerpen: gelap bulan gelap lintang 

Malam tak terasa setahun sudah terlewati, keterpurukanku selama ini membentuk prinsip begitu kuat. walau banyak kekurangan pada diriku, untuk menadahkan tangan meminta bantuan para sahabat-sahabat masih kuat ku urungkan. jangankan menadahkan tangan, memohon bantuan lisan saja mulut selalu terbungkam rapat untuk mengucap. 

Padahal, kekuatan mereka sudah jelas mendapat julukan seorang Bos. Roda berputar begitu lamabat mereka seakan ingin naik ke posisi seperti kekuatan ku sebagai juragan ketika itu. akan tetapi juragan hanya sebagai gelar mantan pada diriku, nasip telah merubahku seratus delapan puluh derajat. 

Selama nasipku berubah drastis di kota, aku masih beruntung mempunyai kedua orang tua di kampung walau sudah bergelar the jompo-jompo. hanya inilah tempat yang paling aku anggap nyaman untuk bangkit dari keterpurukan, merancang strategi, mencari celah untuk bangkit tanpa istri yang solehkah. 

Jika aku mengingat masa lalu kesuksesan itu, aku merasa terhibur, senyum sendiri atau bahkan tertawa sendiri. aku benar-benar merasakan hidup terkecukupan saat itu, dan siapa orang sekampung yang tak kenal diriku. 

Anehnya, jika pada waktu malam hari gelap gulita tanpa terang lampu di teras tingkah laku senewen ku itu terkadang muncul dengan sendirinya, karena sing hari waktu aku habiskan untuk sleeping the imut. cara seperti inilah paling aku anggap sakral, agar tidak menuai pertanyaan para tetangga tidak terlalu deras. 

Hampir setiap malam, terlintas para sahabat entah kemana yang selama itu aku bahagiakan berupa kemewahan menyakan kabar diriku tak pernah. padahal mereka tau posisiku saat ini seperti apa dan bagai mana jelas mereka tau karena keberadaan Mobil Honda ku di tangan siapa sekarang ini. sepertinya mereka semua sudah gelap mata terhadapku, menjauh begitu cepat seperti lari estavet.

gelap bulan gelap lintang

Walau terkadang ada salah satu lilin tidak setiap malam menemani, aku pun tak meragukan untuk bercerita atau bersendau gurau kepadanya. dan inilah keberuntunganku walau hanya satu atau dua sahabat yang masih perduli kepadaku, setidaknya masih ada yang peduli untuk menjadi penyemangat hidup. 

Nama julukannya benar-benar buruk dan mendunia, bahkan buruk nama cermin di belah pena, namun jiwanya tak seburuk mereka kira dari julukanya. padahal, ketika masa ke suksesanku ia tak begitu nampak berfoya-foya bersama ku dengan rekan yang lain, dimana setiap aku pulang kampung dan berkumpul bersama, ia sama sekali jarang nampak. 

Ketika Rembulan terang Lintang  bertaburan, puluhan juta dalam hitungan jam bersama rekan-rekan sekampung, aku tidak gelap mata dan aku selalu mengajaknya, namun ia selalu menolak secara halus. bahkan tradisi seperti ini hampir setiap aku pulang kampung, akan tetapi sekali saja tidak pernah. aku sedikit memahami, bahwa ia tak mau terbuka jika tradisi seperti ini di ketahui oleh orang lain. 

Ketika Rembulan terang Lintang bertaburan
Ketika Rembulan gelap Lintang terang

Dimana ada gula di situ ada semut, semenjak daun mulai naik waktu untuk istirahat sejenak saja sanagat sulit. pagi, siang, sore, bahkan malam hari sampai dini hari selalu sibuk dengan teman-teman sekampung. acara selalu ada, namun acara yang kami baut sangatlah tidak pantas untuk di ungkapkan apa lagi untuk masa depan, intinya  semua pemborosan yang tiada artinya. 

Aku baru sadar, bahwa teman-teman yang selama ini aku bahagiakan menurut hobynya masing-masing itu keliru, bahkan ada yang aku angkat drajatnya walau habis beberapa juta sama sekali tidak nampak ketika daun jatuh dari ranting. 

Ternyata, kesuksesan kita untuk membahagiakan teman-teman menurut hobynya masing-masing tidak akan pernah ada habisnya dan sama sekali tiada arti, walau sesekali kita beri uang yang berjumlah milyaran di hadapanya tak akan pernah ada  puasnya. 

Memang saat itu seperti raja, siapa orangnya sekali perintah ada upah pasti berangkat. sekarang, main kerumahnya saja disuruh bikin kopi sendiri. inilah hidup hanya sekedar hidup tak pernah terkontrol sebelumnya. dan kesalahanku sama sekali tak terpikir masa depan bahkan ketika di bawah apa yang harus aku persiapkan sama sekali aku tak habis berfikir jauh. 

***

NB:
Semoga cerita ini bisa kita ambil hikmahnya dalam persahabatan, kesuksesan kita sebenarnya sah saja untuk membahagiakan teman-teman dekat atau tetangga dengan cara yang lazim, namun jika salah langkah seperti kisah di atas akan menjadi bumerang diri sendiri. 

Pada dasarnya jika niat awal berbagi yang tulus bersodhaqoh semua akan berjalan dengan baik penuh berkah. namun jika niat dari awal berbagi karena gengsi, pelan perlahan kesuksesan akan terhapus dengan tersendirinya karena benih kesombongan tumbuh mengakar dalam jiwanya.

Baca juga: cerpen Rindu Tebal

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »