Nikmat sesaat sengsara seumur hidup

Nikmat sesaat sengsara seumur hidup

Bukan sebuah mall yang tak selalu sepi pengunjung layaknya tambal ban gubuk reok di pinggir jalan itu, sekian lama kudapati sudah tak pernah nampak buka. hanyalah sebuah warung baso mie ayam tak pernah kunjung sepi dari pembeli, itulah yang sering ku lihat ketika melintas setelah jembatan tangkisan.

Jembatan itu mengingatkan ku dimasa kecil pertama kali aku lihat, dimana sebuah jembatan aku anggap rumit ku bayangkan besi-besi itu berdiri sangat kokoh menghisai tepi nian atap hingga saat ini.

Hampir setiap hari sabtu, dimana sore hari menyambut malam minggu tak pernah sepi dari wajah-wajah muda mudi menghiasi bahu jalan, tidak lain mereka adalah golongan para pelajar smp dan sma.  "apa yang anda pikirkan", itulah yang menjadi tujuan setatus jejaring sosialnya, bahkan tidak luput dari aksi selvinya untuk di pajang seperti para artis ternama di faceebook atau instagramnya.

Sore itu, tidak seperti hari sabtu biasanya. jumlah orang amat begitu banyak, mereka berbagai golongan bergerumun sepanjang jembatan. bahkan setiap pengendara lewat, berhenti dan melampiaskan pertanyaan dari pada penasaran menghantui benaknya, namun ada juga yang cuek masa bodoh seperti pada waktu aku lewat.

Aktifitas seperti biasa mengingatkan akan dunia dan akhirat, walau terkadang lowong masih saja kulakukan Syareat Islam itu. bada isya sudah terlewati, kabar yang sama sekalai tidak akau harapan datang dengan begitu saja dari sahabat media sosial. kabar itu mengingat kejadian seorang nenek tua yang pernah bercerita kepadku ketika itu dan berfikir jauh lebih memprihatinkan.

"hanya manusialah yang memiliki sifat biadap, jika memang benar membunuh anak sendiri, harimau saja tak bersejarah membunuh anaknya, bahkan semua hewan yang ada di muka bumi ini". ujar sesepuh waktu itu. aku hanya pendengar setia, petuah-petuah yang di sampaikan bapak itu kepada sahabatku memanglah benar. kata-kata bersejarah yang kudapat ketika sahabat saya ingin menggugurkan kandungan calon istrinya, dan pada akhirnya niat itu gagal karena kata bermakna kehidupan itu.

heza khaeru

Raut wajah yang lucu dan imut berakhir tragis di bawah jembatan itu. betapa ilunya kabar saat itu juga, seorang bayi menjadi korban pembunuhan untuk menutup kemungkinan aib dan malu kedua orang tuanya. kami semua yakin bahwa bayi itu hasil hubungan di luar nikah kemudian di buang begitu saja.

"nikmat sesaat, sengsara seumur hidup".

Langkah yang kurang tepat, sepertinya mereka sedang merajut masa depan hidup dalam kesengsaraan katimbang menanggung malu yang dapat terurai waktu, lalu gunjingan hanya sesaat itu di tinggalkan begitu saja.

Hari ini belum menerima sangsi apa yang di lakukan, kelak orang tuanya akan menerima sangsi apa yang telah di lakukan. bayi suci tanpa berlumur dosa tumbang begitu saja, bahkan ia tak mampu menolong orang tuanya jika sengsara di masa tuanya datang. kilaf mereka akan menggugat apa yang pernah di lakukan tempo dulu, jika suatu saat alam memberinya sangsi.

Sempat termenung beberapa seaat setelah mendengar kabar buruk itu, naluri ku selalu mengingat curahan wajah keriput seorang nenek pernah menceritakan masalalunya dimana waktu ia nikah muda di tahun 1970-an. padahal, beliau bukan siapa-siapa saya, kami hanya mengenal beberapa waktu itu ketika ia membutuhkan pertolongan kepada saya.

"dia minta selimut, dia bilang kedinginan. ia duduk tepat di samping pohon kapas. tempat itu masih ku ingat untuk mengubur pahing". ujar nenek.

Bakal bayi yang belum genap 5 bulan sudah hadir di dunia nyata, kehadiranya membuat luka mendalam dengan suaminya. enggan di ketahui sanak saudara maupun tetangga mereka berdua sepakat, segumpal darah yang belum terwujud bayi tersebut di kubur di samping rumah kediamanya.

Waktu telah berlalu, dunia telah menutup kemungkinan sebagai manusia tempat lupa dan lalai. hampir berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, beliau hilang ingatan jika pada malam weton tepat ia meninggal selalu mengirimkan do'a. dan hingga pada suatu hari, bocah itu melintas dalam kehidupan sang menek, beliau sering di temui entah dalam mimpi maupun nyata.

Terkadang, anak kenyataanya sering memaki-maki tanpa ada sebab akibat. beliau merasa hidupnya tidak terasa nyaman, berulang kali beliau menanyakan tentang kehidupanya kepada seorang ahli supranatural.

Hampir puluhan ahli supranatural belum menemukan alasan yang tepat apa yang di alami nenek tersebut. pada akhirnya, beliau di tanya seorang supranatural entah keberapa kalinya. bahkan sama sekalai mereka tidak saling mengenal, beliau menceritakan keluh kesah yang di alami selama hidupnya akhir-akhir ini di maki-makai anaknya, bahkan sesekali anaknya ingin mengakhiri hidup ibu kandungnya tersebut.

Setelah beliau menceritakan keluh kesahnya dari berbagai penjuru yang di rasakan, bapak setengah tua itu menjawabnya begitu santai dan tepat.

"calon anak yang kamu kubur di samping rumah itu jagan kamu lupakan sebagai mana anak kenyataanmu. dia hidup bukan di alam kita, sama halnya kita hidup di dunia ini. kirimlah do'a sebagai mana kamu ingat seperti dahulu, kamu masih beruntung karena dia pergi selamanya bukan karena gelap kemauanmu". ujar bapak itu. nenek tersipu malau karena aibnya terbongkar, dan bahakan menusuk telingaku begitu jelas yang seharusnya tidak aku ketahui.

Orang pintar mungkin mudah kita temukan di dunia ini, namun orang yang tau/ngerti sulit kita dapati. seluruh jiwa, raga dan hati kecil nenek tergugah, bagai mana mungkin bapak itu tau kejadian waktu itu sama sekali tidak ada orang yang tau. bahkan tempat tinggal kami hampir puluhan km bisa di ketahui persis kejadian sebelumnya.

Dari cerita nyata yang dialami seorang nenek dan sahabat ku itulah, hikmah paling berharga untuk pelajaran hidup saya. hidup tidak sekedar hidup, namun menjalankan hidup sebagai mama tanggungjawab hidup yang baik. karena hari pertanggungjawaban menanti perbuatan selama kita hidup.

"lebih baik malu hari ini juga, dari pada sengsara di kehidupan yang akan datang"

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »