sejarah kali dengkeng lawas dan baru di tahun 1950an | bengawan solo

kali dengkeng lawas dan baru, sepanjang desa bogor sampai majasto


sejarah kali dengkeng lawas dan baru di tahun 1950an | bengawan solo

Mengingat sejarah kali dengkeng yang sudah berada sejak tahun sebelum abad masehi, dimana anak sungai yang mengalir menuju sungai induk Bengawan Solo, sungai terpanjang di pulau jawa ini. Sejak pendahulu nenek moyang hingga sekarang yang tinggal di bantaran kali dengkeng hanya menemukan situs bersejarah seperti kayu jati besar yang sudah terbilah. kayu yang di kenal umurnya ratusan tahun itu, di ketemukan seorang warga majasto ketika itu. Penduduk mengatakan, kayu tersebut merupakan sebagian kerangka perahu
yang konon di masa kerajaan majapahit. Konon kali dengkeng salah satu tempat dimana sejarah Joko Tingkir melintasi sungai yang di maksut.

Salah sorang tokoh Walisongo hadir dalam buku sejarah di mana buku itu mengisahkan perjalanan wali ke-9 yakni beliau Kanjeng Sunan Kali Jogo di Tanah jawa. Beliau di kenal sebagai tokoh pujangga ahli islamiah, yang bergerak menyebarkan agama islam dengan metode tradisi adat kejawen (tradisi Jawa). Beliau sering menyusuri kali dengkeng.


Sejarah kali dengkeng tempo dulu.

Kali dengkeng, iyalah sungai yang terbentuk menyerupai huruf S yang selalu tersambung sambung seperti ular sedang berjalan. jika sungai itu membentuk huruf I, harapan besar tak ada sejarah begitu sakral nama kali dengkeng.

Pada tahun 1950 sebelum kali dengkeng mengalami Rehabilitas sepanjang desa Bogor kecamatan karangdowo kabupaten klaten, sampai desa Majasto kecamatan tawangsari kabupaten sukoharjo. pembangunan pelurusan sungai kali dengkeng kurang lebih sepanjang 4 km dimana masa pemerintah presiden Soeharto pada waktu itu. infrastuktur sungai kali dengkeng di kerjakan selama 3 tahun, dari tahun 1966 hingga sampai tahun 1969 sungai benar-benar sudah di resmikan.

Tempo dulu sebelum mengalami Rehabilitas sungai kali dengkeng, para warga sekitar mengalami sengsara kehidupan. saat musim penghujan dimana sungai kali dengkeng meluap, tanggul jebol, di situlah para warga menderita krisis pangan. mayoritas warga sekitar hidup mengandalkan pangan dari hasil bumi. di balik kesengsaraan penuh penuaian, dimana ikan-ikan yang hidup mudah di dapat dengan singkat dalam tempo yang singkat. selain menggunakan peralatan tradisional seperti kerandah dari kain kelambu, ada juga mereka yang memakai tangan kosong karena di setiap bekas telapak kaki terdapat persembunyian ikan.

Bila mana hujan tiba, warga memberi sebuah kode tradisional berupa kentongan, di pukul beberapa kali seakan bahwa itu suatu pertanda waspada. jika tanggul jebol, mereka berbondong-bondong menyelamatkan diri serta ternak dan, mereka tanpa tidur berhari-hari bertahan hidup menempati di skitar tanggul karena, rumah mereka tergenang air setinggi 3m. dan berhari-hari mereka gotong royong menutup tanggul yang jebol dengan peralatan seadanya.

Hanya wajah mereka para ibu yang menyusui di perbolehkan tinggal di rumah layak, di mana rumah berpondasi setinggi 1,5m. satu kelurahan, rumah yang di anggap megah bagi orang dulu dapat di hitung dengan jari. padahal, wilayah yang kami tempati seluas kurang lebih 1000 hetar, itu belum desa tetangga sebelah. 

Beberapa desa yang di lintasi sungai kali dengkeng yakni : desa tumpukan, desa kedungjambal, desa karangjoho, desa jonggolan, desa lembuputih. dari kelima desa tersebut yang paling parah mengalami genangan air seperti lautan, bila mana tanggul jebol. 

Kali dengkeng tempo skarang.

Kondisi kali dengkeng saat ini sangat memperhatinkan, walau lautan pohon bambu di setiap lereng sungai masih tersisa beberapa saja. dulu semula lautan air, saat ini menjadi lautan enceng gondok dan ganggang.


Masa pemerintahan presiden Soeharto pada waktu itu, seiring beliau membangun bendungan waduk Gajah Mungkur wonogiri, warga yang tinggal di bantaran sungai kali dengkeng bisa tersenyum. karena pelurusan sungai kali dengkeng sepanjang kurang lebih 4 km telah di setujui pemerintah. pembangunan di mulai dari rute desa bogor hingga sepanjang desa majasto, karena desa yang menjadi titik rawan tanggul jebol.

Sebelum alat berat datang kelokasi, pemerintah memberikan peluang bagi para warga skitar, (tanpa ada unsur paksa). Pemerintah memperkerjakan ratusan para warga sekitar menebang pepohonan yang akan di lalui sungai, dan menggali tanah sebagai titik rute pelurusan. upah yang di berikan pemerintah pada waktu itu berupa Bolgur dan Tekad. karena warga sekitar kekurangan pangan, Bolgur dan Tekad menjadi pengganti pangan warga sekitar tempo dulu sebelum beras hadir menjadi makanan pokok seperti sekarang.

Warga tanpa menolak pekerjaan yang di berikan pemerintah pada waktu itu, karena  di suatu sisi  baik di masa mendatang, pemerintah juga memberikan pangan sebagai upah para pekerja tersebut. upah yang di berikan pemerintah ketika itu menjadi sejarah bagi sesepuh warga sekitar yang masih hidup sekarang (2017). Atmo Mulyono 115 tahun, Marto Pawiro Mrajak 95 tahun, dan Kupulon 110 tahun. wajah keriput beliau memberikan tanda bahwa beliau hadir dalam pekerja pelurusan sungai kali dengkeng pada waktu itu. ketiga beliau tersebut adalah seorang warga asli pribumi kedungjambal yang memberikan sejarah kepada sahabat biography saat ini, walau sebagian mereka sudah pergi selamanya dan tak kan kembali lagi ke dunia ini.


Hingga saat ini sungai kali dengkeng menjadi sejarah, dimana sungai mati yang menjadi tumpuhan antara hidup dan mati orang dulu masih saja terihat begitu jelas dimata walau, sekarang menjadi lautan sampah yang tergenang namun, sedikit masih menampakan sejarang kali dengkengnya. sungai tergenang tanah menjadi bangunan rumah yang begitu megah para tuan tanah, dan banyak komplek rumah masa depan tak terhuni manusia.

Saat itulah semenjak sungai kali dengkeng menjadi lurus, warga sekitar menjadi bersinar dan makmur. merka bisa bercocok tanam padi dan palawijo hingga 3 kali panen dalam 1 tahun. sebelum pelurusan 1 kali panen dalam 1 tahun saja sudah beruntung itu pun jarang mereka katakan.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »