istana siput, cerita misteri di lereng sungai bengawan solo.
Hampir setiap sore hari menjelang malam, malam hari, pagi, dan bahkan terkadang siang hari, tada hari tanpa turun hujan di bulan Desember turun menjemput bulan Januari hingga berlanjut ke bulan Februari.musim penghujan bisa di bilang cuaca Exstime di bulan itu, membuat Sungai Bengawan Solo enggan berbicara setiap tahunya. meski lambaian tangan sang Legendaris yang meriwayatkan Sungai Bengawan Solo telah tiada, prasejarah sungai Bengawan Solo masih saja menjadi sorotan publik hingga sepanjang masa.
Konon cerita, Sungai yang sudah ada sejak jaman kuno itu banyak menggisahkan mitos yang terkait dalam hal-hal misetri Dunia Lain. bahkan, sampai saat ini pun masih banyak terkait kisah kejadian-kejadian misteri yang tak mudah untuk di ungkap setiap Insan, lebih dari yang tinggal di setiap bantaran Sungai bengawan solo.
Konon cerita, Sungai yang sudah ada sejak jaman kuno itu banyak menggisahkan mitos yang terkait dalam hal-hal misetri Dunia Lain. bahkan, sampai saat ini pun masih banyak terkait kisah kejadian-kejadian misteri yang tak mudah untuk di ungkap setiap Insan, lebih dari yang tinggal di setiap bantaran Sungai bengawan solo.
Sejarah itu, tak kan hilang terhapus oleh waktu begitu saj semasa aku masih hidup.menjelang akhir bulan Februari kemarin, Desa Tumpukan di gencarkan penemuan mayat seorang Gadis jelita yang di kabarkan sepekan menghilang dari umah. dan di temukan sudah tak bernyawa mengapung di anak.
Sungai Bengawan Solo, tepat di pesisir selatan kota Solo perbatasan Kabupaten Klaten dengan Kabupaten Sukoharjo. mayat Gadis tersebut di ketahui seorang warga tersangkut di dasar rimbunya pohon bambu yang hidup begitu buas di bibir sungai, samping jembatan penghubung desa Tumpukan dengan desa Kedungjambal.
Sungai Bengawan Solo, tepat di pesisir selatan kota Solo perbatasan Kabupaten Klaten dengan Kabupaten Sukoharjo. mayat Gadis tersebut di ketahui seorang warga tersangkut di dasar rimbunya pohon bambu yang hidup begitu buas di bibir sungai, samping jembatan penghubung desa Tumpukan dengan desa Kedungjambal.
Kejadian itu, teringat di tahun 2013 lalu tepat pada bulan April. tiga pemuda di kabarkan mencari ikan di bawah jembatan tersebut, dua di antaranya tenggelam dan meninggal di tempat sama yang tak jauh dari lokasi penemuan mayat Gadis itu. Satu orang saksi mata rekanya yang masih hidup, mengalami kritis dan sempat di larikan ke Rumah Sakit untuk mendapat perawatan, namun beberapa hari kemudian ia juga meninggal dunia. dan di tahun 2012 silam, pada bulan Maret, mayat seorang Nenek juga di temukan tak jauh dari lokasi sekitar jembatan. tiga tahun beruntun, identitas empat mayat sebagai warga tetangga desa itu menjadi sejarah bagi warga setempat yang tinggal di sekitar lokasi.
Tidak lebih dari yang ku tau sebelum kejadian misteri penemuan mayat di lokasi itu terjadi. hal yang begitu janggal masih terbayang dan melekat dalam benakku hingga saat ini. kejadian malam itu, sama sekali membuatku jera untuk mengulang kembali kelayapan di area sekitar jembatan, lebih lebih untuk melintas saat sendirian pada malam hari. tak jarang kami saat begadang bersama rekan rekan selalu termenung dalam gelapnya malam, namun kami selalu mengadakan acara entah itu bermain music, berbincang canda tawa, saling tukar pengalaman hidup terkadang sesekali berbagi pengalaman tentang asmara, dan bahkan acap kali mengadakan kegiatan masak masak untuk makan bersama. entah itu mie rebus, mie goreng, nasi goreng, tiga macam masakan itu sering kali kami jadikan menu setiap kali begadang. namun malam ketika itu, menu yang menjadi tujuan sangatlah unik dan tidak menarik sama sekali bagi kalangan menengah ke atas bagi rekanku yang lain.
Malm itu, hujan turun begitu labatnya sekitar pukul 20:00 malam hari. tak lama kemudian, kurang dan lebihnya hujan mulai mereda setelah tiga puluh menit mendatang. namun tetes air hujan yang amat lembut masih berjatuhan nampak kasat di pandang oleh mata. awalnya, sedikit aku memendam keraguan saat rekanku yang bernama Alex terinspirasi dengan acara bikin sate bekicot. bagaimana tidak ragu, lagi pula sedikit tidaknya harus mencari si bekicot itu yang berada di setiap gerumunya segala semak belikar, tumbuhan yang hidup liar di sekitar pekarangan kosong.
Empat orang termasuk diriku, Alex, Warto dan Wardi, dua di antara rekan kami Warto dan Wardi enggan untuk mencari hewan paling lemot berjalan tersebut. mereka berdua sependapat kinerja saat proses pengolahan. tempat bekicot yang tadinya ku pungut di tempat Warto, kami begitu semangat memburu satu persatu bekicot tersebut, menjadi bolang menyusuri tempat berbagai tempat kumuh dimana bekicot itu berada. hanya dengan bantuan peneragan batteray yang tak begitu layak, dan ember untuk tempat, meskipun sulit kami temui di setiap pekarangan, kami tetap semangat.
"gak biasanya, sehabis hujan begini mestinya banyak. ya kan mer.?"
"iya lex.! dikit demi sedikit, lama lama menjadi bukit ta brow. slow aj. key..?"
"okey bro."
"okey bro."
Bebrapa kali kami tansmigrasi ke area lain all hasil minim kami dapatkan si bekicot pada waktu itu. lelah sudah, kami berdua sepakat untuk beristirahat sejenak. kami berdua merasa di hinggapi rasa jengkel kerna sulitnya mendapatkan apa yang kami cari. tanpa berfikir negatif, sepontanitas alex mengajak ku untuk menyusuri pekarangan di area sekitar kampung masa depan.
"aku sangat yankin. gimana kalau kita ke daerah pemakaman sana mer? tau ndak, di sana jarang orang berani menginjak kakinya di malam hari, lebih lebih para pemburu bekicot untuk mencari di sana." ajak alex.
banyak hal yang bergerumun dalam benakku untuk langsung menjawab ajakan serta pertanyaanya. bagaimana tidak, nyali alex yang begitu lost tanpa sedikit rasa ragu jauh lebih menyimpang dengan nyali yang aku miliki. sesekali ia meledeku, menertawakan, karna senyum kecutku yang mudah ia tebak.
"gimana.., brani ndak? kalau ndak brani ya gak papa. aku gak maksa. hehehe." tegas alex dengan candanya.
"ya sudah, meri kita kesana."
"yakin? gak takut. hehehe."
"kan ada kamu."
"kan ada kamu."
"okey…, leats go kawan."
kemudian kami langsung beranjak menuju lokasi yang menjadi tujuan faporit alex.
Tiba di tempat pemakaman yang berjarak sekitar sepuluh meter dari kami, alex kemudian engajak ku memulai menyusuri. tiada hentinya detak jantungku yang tak terkendali, seakan akan mengiringi mulutku untuk segera beranjak mengajak alex pergi dari lokasi. tempat yang sakral, wingit, benar benar terpuruk membuatku jemu di lokasi itu. belum sampai hitungan lima menit, dan belum sempat aku mengutarakan kata, alex yang tadinya tenang keseriusanya memandang keberbagai arah depan bawah, tiba tiba ia mengeluarkan kata kata yang tidak enak di konsumsi untuk telinga. ia memaki maki di hadapanya, yang tak lain pohon bambu yang terombang ambing sendiri tak terarah. rasa takut, keringat dingin, bercampur segudang kepanikan, semua rasa itu membelenggu terlebih dahulu setelah dua dari sekian banyaknya bekicot bekicot itu kami ambil untuk bukti ke aslianya diriku saat menyaksikan pohon bembu yang begiu luas diameternya, dan bergerumun rumit jumlah batangnya bisa terombang ambing dari bawah hingga ke ujung batang pohon.
Badan teasa berat untuk langsung melarikan diri dari lokasi. penuh kemustahilan saat aku menyaksikan dengan kedua bola mataku yang terbelalak lebar, rasa was was dan ragu melahirkan kenyataan. kami berdua merasa terusik, dari sekian pohon bambu dan pohon lain dari pada yang lain, hanya satu media pohon bambu itu saja yang berkecamuk dengan keadaan yang sangat menegangkan.
Sifat konyol namun pembrani, Alex berusaha melampiaskan kemurunganya hingga tak terkendali di kemuka. Sesekali ia mengambil batu di sekitarnya, kemudian melempari pohon bambu itu hingga beberapa kali membabi buta sambil menantangnya untuk keluar. berulang kali aku ingatkan pergi dari lokasi, sama sekali tak di gubris perkataanku, hingga aku putuskan menyingkir dari lokasi terlebih dahulu. "terserah kamu lex! mana ada setan diajak berkelahi kalau bukan kamu."
Terhuyung lari kecil dan memanggil manggil namaku.
"mer.. somer.. mer..,tunggu sebentar mer." glagapnya memanggilku dari belakang. begtu dekat, desis yang keluar dari mulutnya tiada henti ia berkata yang tak terkendali aku dengar begitu jemu di telinga. debat yang hilang dari kendali hati, sama sekali ia tak mau mengalah dengan semula tindakanya yang kurang di logika lebih jauh. ia tak mau di salahkan, sebaliknya diriku dari awal hingga fakta berbicara. debat semakin dangkal, namun suasana mereda sesaat setelah satu ekor bekicot jatuh dari media ember yang berusaha untuk lari. hewan itu seolah mengingatkan kami untuk kembali melanjutkan perburuan. tak mau panjang lebar, aku bergerak terlebih dahulu. lantas ia mengikutiku dari belakang.
Langkah kaki kami berdua berjalan menyusuri kembali di stiap media lhaan kosong. tempat yang menjadi tujuan semula tak kami rencanakan, kami hanya berjalan ke arah barat daya dari tempat semula. Setengah kami tak percayab aru beberapa menit kami menyusuri rimbunya semak belukar dan tanpa sengaja masuk wilayah tanggul sungai, kami dapati bekicot yang tek terduga jumlahnya. ketika awal baterai kami nyalakan ke arah bawah. kami berdua terpelongok, betapa wajah ini penuh memendam segudang tanda tanya saat kami bincangkan.
Satu ekor bekicot telah membuktikan keaslianya setelah di paksa alex keluar dari cangkangnya. harapan dibuai kenyataan, kami merasa mendapatkan suatu mujizat yang tak terduga, kemudian alex mengajaku memungut rejeki itu. begitu rileks, pelan perlahan, kami memungutnya dengan penuh bisikan canda tawa saat kami berdakatan. sedikit kami terpukau, baru beberapa kali tangan kiri ini menggenggam bekicot dan kemudian kami taruh dalam ember. waktu hanya singkat, nyaris penuh bekicot di ember berukuran 25kg bekas tempat cet itu.
Serasa kurang menerima kenyataan dari hasil yang kami dapatkan. awal yang buruk, belum tentu membuahkan hasil yang baik di ending cerita. namun di tengah perjalanan sedikit menemukan senyuman meski pun itu sesaat kemudian kembali bernaung keburukan. keseriusan alex masih saja sibuk memungut dan enggan aku ajak untuk mengahiri perburuan. ia selalau berkata "sebentar" dan sebentar lag. entah apa yang terjadi pada diriku saat itu. ketika aku duduk bersanding dengan ember, sambil menunggu alex mendekat. sinar baterai yang masih menyala aku arahkan keberbagai permukaan tanah di samping kiri aku yang tengah duduk santai. aku merasa tergiur untuk kembali memungut bekicot bekicot yang terlihat begitu berserakan di tanah itu yang membuatku benar benar panik di jemari berbisik. "benar benar rejeki tak terduga ini. salah jika aku menyianyiakanya".
Tanpa ada rasa bimbang dalam benaku, langsung aku pungut bekicot bekicot itu dengan amat santai. dua kali transit ku taruh di ember, dan memulai menyusurinya kembali. seperti biasa, saat anggota kepala merunduk, kedua mata jelalatan fokus ke arah bawah mengikuti arah sinar baterai. tak terduga, tepat di hadapanku. aku dapati sebuah punden berundak menyerupai prasati kuno yang belum pernah ku lihat. bangunan yang di lengkapi dengan gapura begitu megahnya itu membuatku sedikit jeli untukku fikir. sinar baterai yang tak kasat terang, ketika tubuh ini membungkuk lalu membuatku kembali tegak untuk mengamatinya agar lebih jelas.
Sedikit pun tak merasa kaget. lebih lebih rasa was dan takut untuk mendekat memastikanya.
"lex! alex." ku sapa denga nada lirih.
"hooe.." sautnya.
"sini lex. ada sebuah kerajaan bagus. bangunanya mirip kaya di Bali itu lex." jelasku.
"gila kamu! Sini tidak ada bangunan dan kerajaan seperti itu. yang ada cuman sungai, jalan, sama pepohonan." timpal alex dengan cetus.
"bener lex! cepat kemari? ayo kita surfe kesana."
"hooe..!! mau mati kamu."
Lebih dari setengah sadar saat aku menginjak punden berundak dan memenyaksikan begitu jelas di mata begitu luas leluasa halaman serta bangunan Pendopo kuno berbentuk limas ala jawa. semua suasana menjadi terang seperti siang, dan sangat menakjubkan, memikat ku segera mendekatiya. tiga langkah kaki ku berjalan setelah meninggalkan punden berundak, melepas pelukan gapura pintu masuk semula saat pengintaian. entah tak tau peris, tiba tiba "plaakk,," sebuah tamparan di bahu kananku begitu keras, dan menggenggam krah kaos yang aku kenakan. dengan sekuat tenaga, lalu menyeretku sempoyongan lari tunggang langgang ke belakang.
"setan.., gila kamu! mau mati apa? ayo kita pulang." tegas alex dengan nada garang, mata melotot, sambil menyeretku kasar lari dari tempat.
Tanpa aku hiraukan! tiada hntinya ia mencacimaki keadaan saat kami masih lari terhuyung. ucapanya yang di keluarkan sungguh dahsat masuk ke gendang telingaku. namun semua yang terjadi pada diriku, masih saja fokus dengan bangunan misterius itu. tiba di tempat penuh penerangan lampu di bahu jalan kurang lebih 50m dari tempat kejadia. semilir angin yang terhirup keluar masuk begitu tergesa dari pernafasan alex, tiada senggangnya ia gagap untuk mengucap kata kata yang selalu di dahului menelan liur yang menggelitik tenggorokanya.
"sama sekali aku tak maksut dengan kejadian ini tadi lex." jelasku setengah linglung.
"ah.., kamu mer.mer..! bener bener kecewa dengan kejadian ini tadi. gerak gerik dan kata kata kamu tadi sudah membuat aku curiga. seharusnya kamu paham dari awal. bahwa sebelah barat kita berada itu tanggul dan air. coba kalau aku tak mendengar, hilang selama lamanya. kamu tak akan pernah kembali ke dunia ini lagi." tegas alex. jauh berfikir.
"maksu kamu hilang bagai mana lex.?"
"setengah sadar, bahwa dirimu di kuasai oleh jin. Mahkluk seperti itu tidak pandang bulu siapa yang ingin di ganggu. lebih lebih untuk menggangu fikiran yang sedang kosong. termasuk dirimu seperti tadimer. tanpa adanya fikiran negatif garis miring kosong, jauhtak mungkin terjadi hal hal yang menyerupai kjadian tadi. di ingat ingat, sampai kelak hari hari yang akan datang. jangan asal melamun. apa lagi di tempat kramat seperti ini. kalau melamun berkepanjangan, di rumah itulah tempatnya. jangan di bawa kemana mana." tegasnya, sedikitpun ia tak mau menatapku ketika petuah petuahnya muncul dari awal hingga akhir.
"sebenarnya aku tidak melamun lex. dan maklum saja lex, sama sekali aku tak punya pengalaman seperti yang kamu miliki. cerita baru saja terjadi ini akan aku jadikan pengalaman untuk lebih berhati hati lagi. iya lex.., trimakasih atas saran saran yang kamu berikan. ini akn menjadi pengalaman dan cerita yang berharga."
"sama sama mer. ya sudah mari kita pulang, barangkali teman teman sudah bosan menunggu kita."
Tiada hentinya dari hati yang paling dalam slalu aku ucap kalimat "Allhamdhulillah" sebagai rasa syukur atas keberuntungan yang di berikan kepadaku yang kini masih di beri kesempatan untuk hidup di dunia nyata ini kembali. puing puing bekicot yang mungkin jatuh dari ember setidaknyan lumayan begitu banyak ketika alex menyeretku serta ember secara bersamaan. tanpa alasan, saat kami meninggalkan tempat, sesekali ia menatapku haru, menatap bekicot di ember. jauh ku fikir, sekejap ia menampakan senyuman yang begitu indah. sungguh luar biasa indah dalam persahabatan saat kebesamaan berjuang menyelalatkan nyawa dan bekicot bekicot yang menyimpan harapan ternilai pengalaman dari kisah waktu itu. dan kini, tinggalah setengah ember yang tersisa dari cerita siput dan istana itu, di mana tempat itu berdenyut untuk kami bawa pulang di ending cerita perburuan malam bulan tiga di tah dua ribu sepuluh silam.
Misteri ini tepat pada jalur konon sungai kali dengkeng, yang kini sudah berubah menjadi tanggul serta jalan.